Selasa, 12 April 2016

Pendidikan Boneka

Judul: Pendidikan Boneka
Penulis: A. Supratiknya, dkk
Halaman: xi + 145
Penerbit: Sanata Dharma University Press

Tulisan ini tidak mau bicara mengenai apa isi dari buku Pendidikan Boneka itu sendiri, tetapi saya mau curhat mengenai proses pembuatan dari buku ini.

Buat saya, buku ini adalah buku pertama saya di mana saya benar-benar terlibat di dalamnya sejak awal proses. Saya sudah banyak membantu orang menerbitkan bukunya dengan melakukan proses editing maupun melakukan layout, tapi kali ini menjadi berbeda karena ada tulisan saya di dalamnya, walau, yah… ngga lebih dari 10 halaman.
Ide mengenai buku ini datang sejak lama. Sejak kami akal-akalan ingin membentuk kelompok belajar bernama “Jangkrik!” yang ingin belajar dan berdiskusi lebih dalam mengenai pendidikan kritis. Kami yang memang kebetulan dipertemukan dan disatukan karena mata kuliah Pendidikan Kritis dan kemudian bertemu lagi di mata kuliah Kajian Universitas. Kami kebetulan adalah orang-orang yang tertarik, terlibat, atau pernah terlibat dengan dunia pendidikan, dan kami merasa banyak ketidakberesan yang kami temukan. Kami memang masih pemula dan masih penuh mimpi.
Awal dari rasan-rasan ingin menulis buku ini ternyata menjadi ‘harus’ diwujudnyatakan setelah kami bertemu dan berdiskusi dengan Bapak Profesor yang mengampu kedua mata kuliah yang kami ikuti itu. Beliau mendukung dengan sepenuh hati dan semangatnya agar buku ini bisa diwujudkan. Bahkan dengan ikhlas hati beliau ikut memberikan tulisannya dan membaca serta memberi masukan tulisan-tulisan kami ini. Padahal, siapalah kami ini…
Akhirnya tulisan-tulisan dikumpulkan. Tulisan yang pada awalnya adalah tugas akhir dari mata kuliah Kajian Universitas yang dibuat karena rencana seminar yang tidak jadi diadakan. Delapan tulisan dari kami plus satu tulisan dari Bapak Profesor menjadi sebuah buku mungil yang kira-kira setebal 150 halaman.
Setelah semua tulisan dikumpulkan. Akhirnya kami memasuki proses editing. Awalnya tulisan itu saya bawa untuk saya edit pertama kalinya. Dengan pengalaman menulis yang berbeda-beda, dengan cara berpikir yang berbeda-beda juga membuat setiap tulisan memiliki keunikannya tersendiri. Ada yang memiliki ide yang baik tetapi sulit mengungkapkan pemikirannya, ada yang bermasalah dengan kata sambung, atau dengan tanda baca. Pokoknya seru lah. Saya sendiri juga baru menyadari bahwa tulisan yang memang saya tulis dalam dua kali kesempatan itu ternyata memiliki gaya yang berbeda pada kedua bagiannya ketika ada seorang teman yang membacanya dan menanyakan kepada saya.
Setelah saya edit, tulisan kembali pada Mas Supervisor dan diberikan kepada Bapak Profesor. Bapak Profesor kemudian membaca dan memberikan beberapa masukan dan tulisan itu dikembalikan kepada penulis masing-masing untuk direvisi. Setelah itu, tulisan kembali kepada Mas Supervisor dan dikompilasi ulang sekaligus dilayot dengan segala macam keperluannya. Diberi kata pengantar, ditata tampilannya, diberi header, diberi daftar isi dan lain sebagainya. Lalu kami bikin dummy awal dan diberikan lagi kepada Bapak Profesor dan kepada Rama Kaprodi untuk meminta kata pengantar dari beliau.
Proses ini sendiri berlangsung selama sekitar delapan bulan, tenggat yang tadinya Desember, bisa mulur-mulur karena satu dan lain hal hingga bulan April ini. Saya sendiri sebagai manusia yang tidak tahan tekanan tetapi jadi bagian yang dikejar-kejar dan menjadi kontak person yang dihubungi sama Bapak Profesor jadi harus banyak marah-marah dengan teman-teman dan Mas Supervisor yang supersibuk dengan hidupnya, yang entah ngapain aja tapi sibuk banget itu.
Proses yang mencapai puncaknya setelah semua artikel terkumpul dan akhirnya saya yang kebagian proof isi tulisan dan Mas Supervisor yang mengurus masalah cover, logo, dan teknis-teknis lainnya. Sudah lama saya ini tidak nglembur tulisan dan editan. Saya ini mah orangnya selow dan suka memberi excuses sama diri sendiri. Jadi jam kerja saya ya tidak panjang. Secukupnya saja. Waktu cetak yang sudah di depan mata membuat saya, mau tidak mau, suka tidak suka, harus duduk dalam waktu yang lama melihat dan mengedit tulisan dalam buku ini agar bisa naik cetak tepat waktu. Jumat malam saat cover jadi dan mulai disebarkan di media sosial, naskahnya sendiri masih ada dalam laptop saya dan belum selesai saya baca. Di detik-detik terakhir hari Sabtu itu saya berusaha bagaimana caranya proof harus selesai malam itu juga, karena hari Minggu saya mudik dan Senin naskah harus naik cetak. Pekoknya saya, di detik-detik terakhir itu, saya masih juga ngomongin soal pergi makan nasi goreng, yang untunglah tidak jadi dilaksanakan malam itu.
Saya bersyukur proses ini akhirnya berakhir dan tidak menjadi utang dan beban yang menggelayut di belakang kepala saya dan terasa memberat setiap kali saya melewati ruangan bapak Profesor. Saya bersyukur bisa bekerja sama dengan teman-teman yang toleran dengan tempramen saya yang suka meledak ini. Saya bersyukur dan berterima kasih bisa bekerja sama dengan Mas Supervisor yang merupakan paket komplit sebuah penerbitan. Kita bisa menemukan seorang penulis, editor, layouter, desainer cover, sampai teknis dan manajemen penerbitan dalam satu orang ini. Semoga kami masih bisa bekerja sama lagi ke depannya. Saya juga bersyukur sampai terharu dengan dukungan dari Bapak Profesor dan Rama Kaprodi yang membuat saya merasa tulisan kami yang masih banyak bolongnya ini adalah sesuatu yang ada nilainya. Membaca kata pengantar dari Rama Kaprodi itu, membuat saya merasa begitu dihargai. Mungkin ini ya pendidikan yang memanusiakan. Ketika kami diizinkan dan didukung untuk berkembang dan mencoba, bahkan ketika saya sendiri tidak percaya saya bisa.
Saya juga banyak belajar selama proses ini. Saya belajar bahwa saya itu masih anak-anak yang membutuhkan orang lain yang menjadi tempat saya bertanggung jawab dan memberikan teror agar saya bisa menyelesaikan pekerjaan saya tepat waktu. Saya jadi teringat bahwa selama proses skripsi, saya masih diawasi dan ditemani banyak orang. Kali ini tampaknya saya sudah harus bisa berdiri sendiri dan bertanggung jawab sama diri saya sendiri yang begitu pemaaf akan keterlambatan ini. Saya juga belajar, bahwa menyelesaikan tanggung jawab yang sudah lama mengelayut itu merupakan suatu kelegaan yang besar walaupun memulai prosesnya bikin males. Walaupun selama prosesnya saya jadi merasa begitu terisolir. Dan itu menyeramkan…
Perjalanan dari buku ini sendiri masih belum selesai. Masih ada peluncuran buku yang akan diadakan, masih ada ide-ide untuk bedah buku yang akan dilaksanakan. Masih banyak bolong-bolong dari tulisan-tulisan kami yang pastinya perlu kami ketahui, sadari, dan kami pelajari lagi jika suatu saat ada kesempatan untuk menulis lagi. Yang pasti, bagi saya, dengan terbitnya buku ini, salah satu impian masa kecil saya sudah mewujud!

Terima kasih…

1 komentar: